Monday, December 17, 2007

TSUNAMI KAPAN LAGI

Tsunami 2004, Bencana Alam atau Bencana Buatan?

Lihat Gambar26 Desember 2004, di pagi hari yang tenang jutaan manusia di benua Asia dikejutkan oleh adanya gempa bumi yang disusul dengan naiknya jutaan liter air laut ke daratan. Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan rumah tersapu dan jutaan hektar tanah luluh lantak oleh bencana alam yang oleh para ahli dinyatakan sebagai gempa terbesar selama 100 tahun terakhir.

Duka pun berkumandang ke seluruh dunia, tak hanya dirasakan oleh 12 negara Asia Tenggara dan Asia Selatan yang menjadi korban dalam amuk alam ini. Bagi sebagian besar umat manusia, musibah ini diartikan sebagai tanda kebesaran Tuhan, sehingga mereka pun tak kuasa menggugat apalagi mempertanyakan.

Namun bagi sebagian kecil orang, musibah ini disikapi dengan kecurigaan. Mereka beranggapan bahwa tsunami yang telah menelan 165 ribu korban jiwa itu adalah 'buah karya' AS. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah sedemikian hebatkah negara paman Sam hingga mampu menciptakan 'kiamat' kecil ini. Benarkan New York merupakan pemrakarsa bencana 26 Desember?

Kejanggalan

Dengan kekalahan Afganistan dan Irak, para bankir Wall Street susah payah mencari cara lain untuk mengendalikan dunia. Pada saat itulah tiba-tiba Palung Sumatra 'meledak'. Aneh bukan?

Selain dikejutkan oleh banyaknya korban yang berjatuhan dan besarnya kerugian akibat munculnya gelombang pasang raksasa ini (konon ketinggian air saat kejadian mencapai 7 meter), beberapa pihak juga mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam cerita resmi tsunami versi Amerika. Mereka meyakinkan bahwa kejanggalan ini harus diperhatikan sebelum akhirnya lenyap ditelan waktu.

Dahsyatnya gempuran tsunami itu tak hanya dirasakan di Asia Selatan dan Asia Tenggara, namun juga terasa hingga ke Benua Afrika. Tak pelak puluhan nyawa pun terenggut tangan malaikat maut. Pada tataran ini, naif rasanya jika kita tetap menuduh bahwa AS adalah biang kerok dibalik bencana ini.

Fakta

Namun cobalah perhatikan fakta-fakta berikut. Pertama mengenai letak epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia merekam magnitudo dan posisi epicentrum sesuai dengan yang ditentukan oleh kantor Geofisik Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada skala Richter menimpa utara pulau Sumatra. Titik gempa berada di 155 mil selatan-tenggara provinsi Aceh.

Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi yang ditentukan oleh NOAA Amerika, yang menyatakan bahwa epicentrum berada di barat daya Aceh. Mereka juga mengatakan bahwa kekuatan gempa adalah 8,0 skala Richter, dan kemudian terus memperbaiki laporan dengan meningkatkan skala richter yang ada menjadi 8,5 lalu 8,9 sampai akhirnya 9,0.

Maka, keanehan pertama adalah informasi oleh NOAA, Amerika, yang tiba-tiba menemukan puncak gelombang kejut yang "fleksibel", yang bahkan jauh lebih besar dari yang dirasakan oleh Jakarta, padahal Jakarta terletak jauh lebih dekat ke titik pusat gempa dibandingkan AS.

Tidak pernah ada yang namanya pusat gempa "fleksibel", pada umumnya hanya akan ada satu titik gempa saja, itupun akan tercatat oleh lusinan seismograf di Indonesia dan India. Selain perbedaan yang begitu jauh dalam nilai skala Richter, Indonesia dan India juga merasakan keanehan akan tidak adanya gempa 'peringatan' dari seismograf mereka.

Hal ini berarti bahwa gelombang kejut normal yang selalu mendahului gempa tidak ada. NOAA menyatakan menerima 'peringatan' mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan proses yang terjadi mendadak.

Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang yang diterima oleh seismograf adalah gelombang P, maka yang dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut.

Nyatanya gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India. Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar dibawah tanah di Nevada. India segera 'sadar' bahwa gempa ini bukanlah gempa "normal."

Sehari setelah bencana, Senin 27 Desember 2004 mereka memutuskan untuk tidak bergabung dalam rencara ekslusif Bush 'kelompok empat'. yang akan menarik semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan Brazil. Lalu keesokan harinya pemerintah India dengan sopan meminta agar militer Amerika menjauhi wilayah kekuasaan India.

Barulah pada 29 Desember 2004, India Daily Editorial memberikan pertanyaan terbuka mengenai kejadian itu, "Apakah ini pameran kekuatan suatu negara untuk menujukkan kepada suatu daerah, mengenai bencana yang mampu dibuat oleh negara itu?" Karena itulah, Angkatan Laut India merasa perlu untuk mengungkapkan temuan mereka.

Kita akan kembali mengenai penjelasan cara mengirimkan bom nuklir berkekuatan dahsyat ke dasar Palung Sumatra, dan kemudian meledakkannya. Kita akan melihat suatu pulau di Australia, yang dikuasai oleh salah seorang tokoh Wall Street. Langkah ini sangat penting kita amati, karena hal ini akan menenentukan langkah Australia selanjutnya.

Pada 27 Desember pagi, media Australia (yang dimiliki oleh New York) menyatakan bahwa negara yang tertimpa bencana terbesar adalah Sri Langka, yang juga adalah anggota persemakmuran Inggris, seperti Australia juga. Tim Costello, kepala yayasan dana amal terbesar di Australia, segera mempersiapkan untuk menuju daerah bencana sambil mengumpulkan bantuan.

Sedangkan Little Johny (orang kuat Wall Street) melakukan tindakan berbeda, yang nampaknya diberitahukan kepadanya melalui hubungan telepon pribadi. Dengan cara yang sangat rahasia, Little Johny mengirimkan dua Hercules RAAF yang dipenuhi dengan suplai ke Malaysia, dalam posisi "Stand by" dan mengarahka dua pesawat lainnya ke Darwin, utara Australia.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jika benar Little Johnny memiliki rasa kemanusiaan, maka ia akan segera mengirim keempat pesawat itu ke Sri Langka, tetapi nyatanya tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya Little Johnny menunggu perintah dari New York.

Tak lama kemudian setelah pesawat pengintai menyatakan bahwa landasan di Medan aman, maka keempat pesawat Hercules lengkap dengan pasukan, senapan, dan perlengkapan lain segera 'menyerbu 'Aceh. besar kemungkinan dengan penduduk yang tinggal 10%, Aceh akan segera berubah menjadi Teluk Guantanamo baru, dengan ratusan pasukan Amerika dan Australia yang bersenjata.

Perlu diingat bahwa ketika keempat pesawat itu mendarat di Medan, publik Australia belum banyak yang menyadari apa yang terjadi. Maka terlihat bahwa Johnny sedang membantu para atasannya untuk mempersiapkan Asia menjadi basis baru, setelah rencana terhadap Iraq gagal total.

Yang penting adalah mereka berhasil membunuh sekian banyak Muslim di Aceh, sebagai atas balas dendam atas kekalahan mereka di Iraq dan Afghanistan. Tidak perlu diragukan lagi bahwa Australia hanyalah 'pasukan' awal, yang akan segera diikuti oleh militer AS yang lebih siap dan lebih bagus perlengkapannya.

Dalam sekejab, Pentagon mengirimkan dua kelompok tempur untuk segera berlayar hanya dengan modal pemberitahuan mendadak dari Hong Kong dan Guam, padahal biasanya hari seperti itu masih kacau karena libur Natal dan Tahun baru. Sepertinya pasukan ini memang sudah disiagakan sejak awal.

Dari Hong Kong, bertolaklah sang kapal tempur nuklir 'USS Abraham Lincoln'. Tak mau ketinggalan, 'USS Bonhomme Richard', kapal angkut tempur amfibi penuh dengan marinir yang dikenal dengan nama "Expeditionary Strike Group 5" segera angkat sauh dari Guam.

Kapal USS Bonhomme Richard, ditemani oleh USS duluth (kapal pendarat amfibi), USS Rushmore (kapal pendarat dan penjelajah dengan misil), USS Bunker Hill (kapal penghancur dengan misil), USS Milius dan kapal frigat USS Thach pun diberangkatkan. Urusan bawah air ditangani oleh kapal selam pemburu nuklir USS Pasadena dan kapal pemotong berkekuatan tinggi Munro milik Penjaga Pantai AS turut serta.

Maka sekarang jelas bukan bahwa "Strike Group 5" membawa nuklir yang cukup untuk menghancurkan setengah dunia ini. Kejadian paling mencengangkan terjadi ketika pasukan ini memasuki Samudra Indonesia. USS Abraham Lincoln yang awalnya biasanya membawa 500 marinir, tiba-tiba membawa 2000 marinir.

Dan ketika mereka berpisah jalan ke Sri Langka, para marinir memindahkan kapal transport mereka ke USS Duluth, sehingga tanpa diketahui masyarakat Indonesia, USS Abraham Lincoln telah diigunakan untuk menyaring sedikitnya 3500 Marinir AS dengan senjata lengkap untuk memasuki wilayah Aceh.

Hal lain adalah ketika seorang juru kamera Australia merekam gambar seorang Marinir AS yang sedang mengais senjata yang tersisa dari markas militer Indonesia yang turut hancur dalam amuk bah itu. Bukankah seharusnya tugas ini dilakukan oleh ABRI sendiri, bukan oleh Marinir AS.

Didalam air yang begitu dalam, tekanan terhadap bom akan meningkat jauh kira-kira 10.000 psi terhadap permukaan bom. Dan perlu diingat juga, bahwa dinding palung menyempit, sehingga bom akan terjepit, dan dengan tekanan yang cukup kuat dari tekanan air dan ledakan bom, maka lempeng tektonik akan sangat mungkin bergerak mendadak.

Dalam kasus ini, tidak diperlukan gerakan lempeng tektonik besar-besaran, dan ilmu alam menyebutkan bahwa jika ledakan ini dapat menyebabkan efek itu, maka, beberapa guncangan gempa susulan yang timbul akan dapat terjadi, seperti pada gempa umumnya. Tetapi seperti yang telah dibahas, tidak ada gempa susulan sama sekali yang dapat dikaitkan dengan gempa di Aceh ini.

Untuk memaksakan agar Asia 'menyerah' dan supaya dapat mengamankan kontrak besar dalam usaha pembangunan ulang Aceh, yang paling mudah dilakukan adalah membuat tsunami dengan target negara tertentu. Cara ini, pernah dirancang baik oleh Rusia dan Amerika untuk saling merebut kekuasaan di kota pesisir mereka.

Cara ini cukup efektif dan bersih, sehingga penyerang dapat segera mengambil alih tanah dan bangungan yang tersisa dalam waktu singkat. Jika semua sesuai rencana, maka Indonesia, Sri Langka dan India harus berhutang sekali lagi kepada IMF dan Bank Dunia, untuk 30 tahun lagi. Waktu yang cukup untuk menunggu harga minyak turun setelah kegagalan besar-besaran di Irak.

India memiliki pangkalan udara militer yang menampung 30 pesawat Sukhoi, yang mampu menembakkan misil penghancur kapal di daerah pulau Car Nicobar, pertahanan udara pertama didaerah Teluk Bengal. Selain itu juga memiliki reaktor nuklir di Chennai, Tamil Nadu, daerah paling selatan di India.

Kedua tempat ini terancam hancur oleh 'sisa' tsunami yang melanda Indonesia. Cukup beruntung bahwa ke-30 Sukhoi ini selamat, dan pangkalan udara India itu hanya kehilangan landas pacu saja. Dan Reaktor nuklir yang seharusnya akan segera menjadi Chernobyl kedua jika dilanda gempa sebesar 0,2 skala Richter selamat, dengan kerusakan hanya dialami oleh pipa air pendingin saja.

Dari semua fakta di atas, sebagian kecil orang yakin bahwa memang New York adalah 'dalang' bencana tersebut. Namun semuanya kembali pada anda dan keyakinan yang anda miliki. Akankah bencana tsunami 2004 anda yakini sebagai bencana alam ataukah bencana buatan .. its up to u!!!