Saturday, November 17, 2007

Bakteri Antikanker dalam Lumpur Panas



Kesehatan

Bakteri Antikanker dalam Lumpur Panas
Oleh : Rachmad Yuliadi Nasir

04-Nov-2007, 23:09:45 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Lumpur panas di Porong yang terus menyembur sejak akhir Mei tahun yang lalu kian luas menggenangi wilayah Sidoarjo. Akibatnya, kerugian harta benda dan lahan yang harus ditanggung masyarakat makin besar. Selain itu, karena suhu lumpur mencapai 90 derajat Celsius di mulut kawah, makhluk hidup pun dapat terancam jiwanya.

Meskipun begitu, bencana lumpur Sidoarjo itu sesungguhnya membawa berkah bagi manusia di bumi ini. Lumpur panas yang merupakan material dari gunung api purba ini mengandung beragam manfaat, di antaranya sebagai bahan urukan dan bahan bangunan.

Selain itu, diketahui pula terdapat kandungan unsur selenium (Se) dalam lumpur, yang berasal dari gunung api purba di bawah permukaan bumi Sidoarjo. Keberadaan unsur ini menjadi perhatian mengingat khasiatnya sebagai bahan antikanker.

Bukan itu saja, dalam material panas itu ternyata ada bakteri yang malah hidup nyaman di dalamnya, dinamai bakteri termofil. Mikroba ini senang bermukim di lingkungan air yang sangat hangat karena mendapat kelimpahan makanan yang tak lain adalah unsur selenium.
Dr Novik Nurhidayat, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), memiliki keyakinan itu berdasarkan penelitiannya selama ini di beberapa kawasan vulkanis di Indonesia.

Bakteri penyerap selenium ini ditemukan Novik selama dua tahun menjelajahi sumber air panas di Gunung Kerinci-Seblat Sumatera dan Dataran Tinggi Toraja di Sulawesi, serta Gunung Rinjani di Pulau Lombok, juga hasil survei ke Cibodas-Bogor dan Bali. Riset tersebut bertujuan untuk mencari sumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba dan tumbuhan herba yang hidup di sana untuk mencegah dan mengobati kanker.

Berbagai jenis bakteri termofil tentunya akan banyak ditemukan di Indonesia, sebagai wilayah yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia. Keberadaan bakteri ini ditunjang oleh limpahan selenium di permukaan bumi sebagai akibat luapan magma pada masa lalu di daerah itu. Namun, sayangnya, kekayaan dan potensi hayati ini belum diteliti dan tergali.
Saat ini memang belum banyak penelitian selenium dalam tumbuhan dan mikroba di daerah vulkanis di Indonesia serta peranannya dalam pencegahan dan terapi kanker. Padahal, kanker diketahui masih merupakan pembunuh utama di Indonesia. "Sebagian besar bahan bioaktif farmasi atau produk jadinya sebagai obat antioksidan dan terapi kanker masih diimpor," papar Novik yang bergabung di LIPI pada tahun 2000.

Di luar negeri, obat antikanker yang berasal dari bahan herba berasal dari brokoli, sedangkan dari mikroba berupa khamir dan yeast. Makanan suplemen kaya selenium yang banyak dijual di Amerika Serikat berupa garam mineral selenat dan selenit yang diambil dari sel khamir kaya selenium dan ekstrak selenium.

"Demikian pula bentuk sintetisnya, yaitu asam metilseleninik," ungkap Novik yang menamatkan program S-2 dan S-3-nya di bidang mikrobiologi dengan spesialisasi genetika mikroba di Kansas State University (1999), sedangkan S-1 diraihnya di Universitas Padjadjaran.

Herba di Indonesia Dalam penelitian di daerah vulkanik di Indonesia, ia menemukan herba yang memiliki kandungan Se tinggi. Herba itu, antara lain, adalah bawang putih (Allium sativum) terdapat di Rinjani dan Cibodas, dan ciplukan (Physalis minima) di Lombok.

Sebagai daerah yang memiliki keragaman tanaman obat, di Indonesia selama ini sudah ada upaya pencegahan dan pengobatan kanker secara tradisional. Namun, masih terbatas di kalangan masyarakat pedesaan di Jawa. Mereka telah mengetahui bahwa bawang putih bersiung satu punya khasiat untuk mencegah kanker, sedangkan ciplukan untuk mengobati kanker.

Dengan dasar itu, ia tergugah untuk meneliti perbedaan efek antara dua herba itu terhadap kanker meskipun sama-sama menyerap Se. Penelitiannya menunjukkan, ciplukan punya daya bunuh sel kanker lebih tinggi daripada bawang putih karena mengandung senyawa selenium-asam amino. Fungsi senyawa itu membersihkan radikal bebas, termasuk mematikan kanker. Senyawa pada ciplukan ini diketahui merupakan jenis yang aktif melawan ganasnya tumor prostat, usus, hati, paru, dan payudara.

Adapun senyawa selenium protein, yaitu selenometionin dan metilselenosistein (MSC), yang tinggi ditemukan pada bawang putih. Selain dalam bawang putih, MSC ditemukan dalam bawang merah, brokoli, dan kecambah kacang, dan bit yang ditumbuhkan pada tanah yang kaya unsur Se.

Selenometionin akan mengurangi berkembangnya sel kanker dan memperbaiki sel rusak. Dengan begitu, daya imunitas naik dan tubuh terlindung dari infeksi virus dan serangan gen mutan penyebab kanker.
Selenium termasuk salah satu elemen esensial yang terikat dalam berbagai protein fungsional pada tubuh seperti pada sistem hormonal, imunitas, reproduksi, pembuluh jantung, dan mekanisme membunuh sel ganas secara terprogram (apoptosis). Karena itu, hasil penelitian epidemiologi menunjukkan, individu dengan diet selenium rendah lebih besar risikonya terkena berbagai tipe kanker.

Bakteri antikanker Riset yang dilakukan Novik—yang menyandang peneliti terbaik Competitive Award LIPI 2006 untuk kategori eksplorasi—tidak sebatas pada herba. Ia lebih jauh lagi mencari mikroba yang berefek sama dengan herba. Pilihannya pada bakteri termofil yang ditemukan di sumber air panas gunung berapi pada suhu 60-113 derajat Celsius. Bakteri termofil ini mengonsumsi selenium sebagai mikronutrisi untuk pertumbuhannya.

Dari 302 bakteri termofil yang diisolasi, hanya ada 26 isolat yang teruji mengakumulasi selenium dan hanya tiga isolat di antaranya yang bertahan pada suhu tinggi. Bakteri ini adalah thermus dan geobacillus yang tahan pada suhu 80 derajat Celsius. Bakteri thermomicrobium mampu hidup hanya pada temperatur 60 derajat Celcius.

Selama ini belum ada data tentang bakteri tersebut termasuk kandungan protein dan seleniumnya. Ia menemukan, bila selenium diserap oleh bakteri geobacillus atau thermomicrobium, dalam senyawa organiknya membentuk seleno-asam amino dan seleno-protein, yang mampu menghambat perkembangan sel kanker. Jika melihat daya serap Se dan daya oksidasinya, thermomicrobium paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Bila diperbandingkan antara herba dan mikroba, fungsi bawang putih sama dengan bakteri thermomicrobium yang mampu mencegah kanker karena mengandung selenometionin tinggi. Adapun daya membunuh sel kanker ditunjukkan oleh bakteri geobacillus sama seperti ciplukan yang mengandung seleno-asam amino. Namun, aktivitas zat pembunuh kanker untuk kasus tertentu lebih baik pada bakteri.

Percobaan pada kultur sel kanker limfa menunjukkan geobacillus mempunyai daya membunuh sel kanker 37 persen, sedangkan ciplukan hanya 30 persen. Pada kultur sel kanker darah, ekstrak ciplukan memiliki kemampuan mematikan kanker 72 persen, diikuti oleh ekstrak geobacillus (67 persen) dan bawang putih hanya 9 persen.

Penelitian lanjutan Setelah proses pencarian bakteri yang memakan waktu dua tahun, menurut Novik, masih diperlukan waktu dua tahun lagi untuk uji coba pengembangbiakan hingga pemanenannya, uji klinik, hingga pembuatan obat. Lebih lanjut akan dilakukan uji toksisitasnya.

Bakteri termofil kini telah dapat dikembangbiakkan di laboratorium dengan media khusus. Tujuannya untuk mendapatkan protein yang mengandung selenium itu. Saat ini telah dilakukan uji invivo untuk mengetahui fungsi ekstrak Se dari sampel terpilih, baik herba maupun mikroba, dan memperoleh sediaan yang baku.

Kelebihan ekstraksi kandungan protein dari bakteri adalah waktu pembiakannya yang lebih cepat dibandingkan dengan herba yang memerlukan waktu beberapa bulan. Untuk memanen protein dari bakteri hanya diperlukan waktu empat hari. Pengambilan dilakukan dengan teknik khusus berupa pemanasan dan penambahan pelarut.

Sebagai produk farmasi ekstrak, protein bakteri ini nantinya dapat dikonsumsi dalam bentuk cairan maupun padatan berupa kapsul atau tablet untuk pencegahan dan pengobatan kanker. "Saat ini tengah disusun paten tentang proses ekstraksi protein, penemuan bahan aktif, dan penemuan dan pengembangbiakan bakteri itu," papar Novik.

Sumber gambar : angki17fm.blogspot.com