Saturday, November 17, 2007

NASA
Foto yang diambil 1 November (kiri) memperlihatkan coma Komet Holmes yang terdiri dari selubung debu dan memiliki ekor redup. Sedangkan foto Hubble (kanan) yang diambil 4 November memperlihatkan sebaran debu yang mirip dasi kupu-kupu di sekitar inti komet.




BERITATERKAIT
ASTRONOM DETEKSI OBJEK SEJENIS ...
KOMET BARU AKAN TERLIHAT APRIL
PLANET ANEH BAKAL MENJADI KOMET ...





Sebuah Komet Tumbuh Lebih Besar dari Matahari


JAKARTA, JUMAT - Sebuah komet yang menarik perhatian para pengamat perbintangan dalam beberapa minggu terakhir ini setelah meledak, telah tumbuh menjadi obyek yang berukuran lebih besar daripada Matahari.

Matahari adalah benda paling besar dan padat di tata surya yang partikel-partikelnya menjangkau semua planet. Namun ukuran itu tertandingi oleh Komet Holmes yang karena ledakannya, melepaskan begitu banyak debu dan gas sehingga membentuk gumpalan raksasa di angkasa. Partikel-partikel yang dilepaskan komet itu menjadi semacam selubungnya, atau disebut coma, yang kian membesar.

"Benda itu makin membesar dan kini telah menjadi obyek tunggal terbesar di tata surya," ujar para astronom Universitas Hawaii. Diameter coma pada 9 November 2007 tercatat sebesar 1,4 juta kilometer, berdasarkan pengukuran Rachel Stevenson, Jan Kleyna dan Pedro Lacerda dari Institut Astronomi Universitas Hawaii. Sementara diameter Matahari kurang lebih 1,392 juta kilometer.

Dalam pengamatan menggunakan Teleskop Ruang Angkasa Hubble, tampak suatu struktur seperti dasi kupu-kupu di sekitar inti komet. Partikel-partikel sangat kecil yang menjadi coma di Komet Holmes tampak terang benderang karena terpapar sinar Matahari.

Di beberapa lokasi, Komet Holmes bisa diamati menggunakan mata telanjang pada petang hari di langit timur laut, dan akan tampak seperti bintang redup. "Kini ia akan terlihat seperti gumpalan awan," kata Joe Rao, kolumnis Space.com. Rao menyarankan agar pengamat melihat komet itu akhir minggu ini, sebelum Bulan terbit. Setelahnya Komet Holmes akan semakin redup namun masih bisa terlihat sampai dua atau tiga minggu mendatang.

"Hingga beberapa minggu mendatang, selubung dan ekor komet akan menggelembung seiring dengan penyebaran debunya lalu semakin redup," tulis Stevenson dan rekan-rekannya.

Pada hari Senin, 19 November, akan tercipta pemandangan langit yang menakjubkan. Menurut Spaceweather.com, komet akan lewat di depan bintang Mirfak atau Alpha Persei, sehingga tampak seolah menelannya.

Ledakan Misterius

Tak seorangpun tahu mengapa Holmes meledak, meski kejadian serupa pernah terjadi tahun 1892. Ledakan kali ini, yang dimulai sejak 24 Oktober lalu, menjadikan benda langit yang biasanya redup itu menjadi salah satu obyek paling terang di langit malam. Cahayanya lalu makin hilang ketika material ledakannya menyebar dengan kecepatan 0,5 km/detik.

Uniknya ledakan komet itu terjadi dari inti padat komet yang terbuat dari batu dan es dengan diamater hanya 3,6 kilometer saja. Namun komet itu berada sangat jauh dari Bumi, yakni sekitar 240 juta kilometer atau kurang lebih 1,6 kali jarak Bumi-Matahari, sehingga teleskop Hubble sekalipun kesulitan melihat inti komet.

Berdasar bentuk coma yang menyelubunginya, diperkirakan ada bagian komet yang terlepas dan terpecah menjadi partikel-partikel debu setelah berpisah dengan inti komet. Tetapi jarak yang jauh ditambah debu yang menutupinya, telah menghalangi Hubble untuk melihat pecahan tersebut.