PBB Gelar Operasi Terbesar dalam Sejarah
COLOMBO -- Operasi kemanusiaan mulai Selasa (28/12) diguyurkan bagi korban gempa di Asia. Kordinator Bantuan Bencana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland mengatakan operasi tersebut merupakan operasi kemanusiaan terbesar yang pernah ada. Sejauh ini tercatat 21 negara dan empat organisasi internasional yang mengucurkan bantuan atau pun menyanggupi ke negara yang terkena bencana, khususnya Srilanka, India, dan Indonesia.
Di Srilanka hingga saat ini militer dan regu penyelamat terus bekerja keras mencari jenazah korban. Pada saat yang sama petugas lainnya berusaha keras menguburkan sebanyak mungkin jenazah dan bangkai binatang yang mulai membusuk. Hal ini membangkitkan kekhawatiran munculnya wabah penyakit. Egeland mengatakan bahaya terbesar berasal dari air yang terkontaminasi pembusukan jenazah dan penghancuran bangkai binatang. Hal ini akan memicu munculnya penyakit malaria, kolera, dan tipoid diantara ribuan warga yang selamat. PBB memperkirakan sedikitnya satu juta orang kehilangan tempat berlindung dalam musibah tersebut.
''Ini akan menjadi operasi besar-besaran. Jenazah-jenazah itu dan bangkai binatang itu harus segera dikuburkan dan dihancurkan sebelum mencemari air minum,'' tegas Egeland. Bahaya besar lainnya yang mengintai warga yang selamat adalah ranjau darat. Dalam siaran pers yang mereka keluarkan UNICEF mengatakan ranjau darat itu dipastikan keluar dari batasan ladang-ladang ranjau yang selama ini dilengkapi dengan rambu-rambu peringatan. Dengan demikian posisi ranjau peninggalan perang sipil tersebut kini tidak diketahui.
''Bahaya terbesar yang harus dihadapi warga sipil Srilanka adalah ranjau darat saat mereka kembali ke rumah mereka,'' tegas Ted Chaiban, kepala perwakilan UNICEF di Srilanka. Jumlah korban di Srilanka sendiri terus bertambah menyusul diangkatnya 100 jenazah dari rangkaian gerbong kereta api Meethiyagoda, yang dihantam tsunami. Petugas mengatakan kereta api tersebut dalam perjalanan menuju Gale setelah meninggalkan Kolombo dengan sedikitnya 1.500 penumpang. Militer memperkirakan seluruh korban tewas.
Presiden Srilanka, Chandrika Kumaratunga, menetapkan Jumat (31/12) sebagai hari berkabung nasional. Sejauh ini jumlah korban mencapai 12 ribu. Namun pemerintah memperingatkan angka itu akan terus berubah hingga 25 ribu. Sementara itu kepedihan warga Nagapattinam, negara bagian Tamil Nadu, India semakin pekat. Sedikitnya 1.700 orang - sebagian besar perempuan dan anak-anak - meninggal dunia akibat hujan deras. Sebelumnya gelombang pasang telah meluluhlantakkan kota ini. Pemerintah India menyatakan sedikitnya 6.823 orang meninggal dunia, termasuk 3.000 orang dari kepulauan Andaman dan Nicobar belum diketahui. Di Thailand jumlah korban meninggal dunia mencapai 990 orang --700 orang di antaranya warga asing. Petugas penyelamat, Wirat Mansa-ad, mengatakan bahwa jumlah korban bisa mencapai 2.000 orang.