jakarta 09/06/2006
Utang Pemerintah: RI ajukan utang baru US$ 4 miliar
pemerintah akan mengajukan utang baru tahun depan sebesar US$ 3,4 miliar - US$ 4 miliar, setara dengan Rp 30,6 triliun - Rp 36 triliun. jumlah itu hampir sama dengan utang luar negeri tahun ini yang mencapai US$ 3,55 miliar, demikian kata menteri keuangan saat rapat kerja dengan komisi XI DPR. rapat membahas strategi pinjaman luar negeri pemerintah periode 2006-2009. hadir juga dalam rapat itu mentreri perencanaan pembangunan nasional(ppn)/kepala bappenas paskah suzetta dan gubernur bank indonesia burhanuddin abdullah.
sri mulyani menjelaskan pinjaman itu terdiri dari pinjaman program US$ 0,9 miliar - US$ 1,1 miliar, pinjaman proyek, baik bilateral maupun multilateral US$ 2,1 miliar - US$ 2,3 miliar dan fasilitas kredit ekspor US$ 0,4 miliar - US$ 0,6 miliar. " pinjaman digunakan untuk mendukung kebijakan pemerintah sehingga tidak ada image (kesan) kita didikte dari segi kebijakan".
fokus penggunaaan pinjaman luar negeri itu antara lain untuk mempercepat pengurangan kemiskinan, perbaikan kesehatan, pendidikan, akses ke pasar dan pengembangan usaha kecil dan menengah. semua program itu dalam rangka memenuhi pencapaian pembangunan milenium. selain itu, pinjaman digunakan untuk reformasi kebijakan insfrastruktur dan reformasi keuangan pemerintah daerah.
hibah yogya
sementara itu, paskah suzetta menegaskan pemerintah tidak akan mengajukan utang baru untuk membiayai rehabilitasi dan rekonstruksi yogyakarta dan jawa tengah setelah terjadi gempa. pemerintah akan lebih memfokuskan mencari pembiayaan yang berasal dari dana hibah .
"kita tidak akan memanfaatkan gempa untuk mencari utang baru" kata paskah usai mengikuti rapat kerja dengan komisi XI. menurut dia, saat ini sudah ada beberapa negara yang akan memberikan bantuan hibah. namun, ia belum bisa merinci negara mana saja dan berapa hibah yang akan diberikan.
Berutang untuk yogya
Ada khabar baru, pemerintah sedang menyusun rencana pinjaman kepada kelompok negara donatur yang tergabung dalam CGI untuk memperoleh dana bagi pembangunan kembali yogyakarta dan sebagian jateng. dua wilayah tersebut di guncang gempa 5,9 skala richter yang menewaskan lebih dari 6000 jiwa dan menghancurkan ratusan ribu rumah, akhir bulan yang lalu. tidak ada tragedi yang murah, untuk membangun kembali 100 ribu rumah dan semua infrastruktur buknlah pekerjaan mudah. ia membutuhkan pelibatan manusia yang tidak sedikit dan modal amal besar. tentu dibawah kendali tata laksana yang cerdas dan bertanggung jawab.
menurut hitungan kasar pemerintah, membangun kembali yogya dan jateng perlu dana RP 1 trilyun. angka yang menciutkan nyali bagi negara miskin seperti indonesia, bagaimana memperoleh dana itu ditengah sumber pendapatan dalam negeri yang tengah digenjot, seperti pajak tetapi tetap saja dibawah target penerimaan.
pilihan paling gampang tentu berutang pada negara kaya, namum sebelumnya harus diselesaikan sebuah tahapan penting yaitu audit menyeluruh terhadap berbagai kerusakan dan kerugian baik bantuan dari dalam negeri maupun luar negeri yang mengalir tampa henti ke daerah bencana akhir-akhir ini. Tampa audit tak bisa kita memperoleh angka pinjaman yang pasti. Belajar dari tragedi terdahulu bencana tsunami aceh salah satu hambatan besar yang terjadi adalah daya serap dan daya gugah untuk merealisasi semua komitmen bantuan yang telah dijanjikan.
Daya serap terutama menyangkut rencana proyek, sedangkan bencana yogya tidak kurang dari US$ 20 juta dijanjikan dari berbagai negara
Jangan sampai pengalaman aceh terulang kembali di yogya. pinjaman luar negeri yang selama ini menjadi opsi tergampang ternyata telah membawa masalah tersulit bagi negeri ini, terutama dalam hal membayar kembali pinjaman-pinjaman yang diberikan dengan senyum dan pujian oleh donatur.
Tahun ini saja negara harus membanyar utang tidak kurang Rp 76 trilyun dari belanja APBN 2006 yang mencapai Rp 647 trilyun atau sekitar 12 %. angka pembayaran utang ini lebih tinggi daripada dana pendidikan yang hanya 9 %. ya... sebuah bencana yang tidak kalah mengerikan dari bencana yogya dan jateng. belajar dari pengalaman amat pahit dari utang yang menjebak, setiap kali ada opsi meminjam dari luar negeri kira merinding, karena sekarang indonesia telah berada dalam jeratan utang yang melumpuhkan sehingga untuk membayarnya harus dengan memimjam lagi dari luar negeri.
CGI kelompok pemurah akan bersidang 14 juni nanti, pemerintah rencananya mengambil pinjaman sekitar US$ 4 miliar, kepala bappenas paskah mengatakan akan mengajukan pinjaman untuk yogya tapi tidak jelas apa termasuk angka US$ 4 miliar tersebut untuk paket rehabilitasi yogya atau belum.
yang jelas kini bencana yogya dan jateng, paskah menyebutkan pemerintah akan mengedepankan hibah, langkah yang tepat. tentu harus di ikuti dengan negosiasi yang sangat keras, atau minimal bila berutang harus dengan syarat sangat lunak, kalau bisa negara donor mengharus utang negara kita yang selalu dirundung masalah bencana demi bencana. saatnya para pemimpin negeri ini introspeksi diri dalam melakukan managemen pengelolaan dana yang benar, agar di kemudian hari bila kita mendengar kata pinjaman luar negeri, kita tidak di ingatkan kembali pada bencana.
wassalam
rachmad
rachmad yuliadi nasir